Berikut ini macam-macam khot(istilah bahasa arabnya), kalau istilah latinnya Kaligrafi :
1. Khot Diwani
Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki
Usmani. Peletak dasar-dasar kaedah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim
Munif. Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh
Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada
kantor-kantor pemerintah dimana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan
pemerintahan itulah khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat. Karakter
Diwani dikenal dengan putarannya, sehingga tidak satupun huruf yang tidak
mempunya lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani
beradaptasi dengan tulisan apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer
menulis dengan Diwani.
Diwani memiliki tiga macam bentuk, yaitu:
a. Khot Diwani 'Adi
Diwani 'Adi merupakan gaya khat yang tampil biasa ('adi) sesuai
struktur tulisan, sehingga mudah dibaca. Ciri tampilannya tampak pada kali-kali
tulisan yang umumnya berbaris datar dengan pucuk-pucuk huruf bergelombang
dinamis.
b. Khot Diwani Mutarabit
Gaya ini merupakan Diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling
menjalin atau bersilangan (mutarabit) satu sama lain. Besar kemungkinan
pola semacam ini merupakan hasil pengaruh khat Musalsal ciptaan
Ibnu Bawab. Dalam jenis khat Diwani Mutarabit ini, kaligrafer modern Gazlan Bek
dari Mesir merupakan tokohnya. Gazlan berhasil membuat karya-karya masterpiece
yang banyak dijadikan acuan, sehingga para kritikus dan pengamat menisbahkan
gaya khat ini kepada Gazlan sehingga disebut Khat Diwani Gazlani.
c. Khot Diwani Jali
Diwani Jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki dan merupakan
pengembangan dari Diwani 'Adi. Jali artinya Jelas. Kejelasan tersebut tampak
pada detail syakal dan hiasan yang penuh di dalamnya. Tujuan diciptakannya
Diwani Jali ialah untuk menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan
surat-surat ke luar negeri.
2. Khot Tsuluts
Dinamakan khat tsuluts karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya
dipotong dengan ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Ada pula yang
menamakannya khat Arab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka ragam
kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya setelah khat Kufi. Untuk menulis dengan
khat tsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar
pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat tsuluts 'adi dan tsuluts
jali. Khat Tsuluts yang banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan
berbagai media karena kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan
gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang
menuntut harmoni dan seimbang. Dalam rentang perjalanannya, khat Tsuluts
berkembang menjadi beberapa gaya, antara lain:
a. Khot Tumar
Khat yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang
di masa Bani Umayyah ini biasa ditulis dalam ukuran besar dengan
aturan-aturannya yang simpel. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau
media-media berukuran besar. Para khattat Turki menamakannya Jali Tsuluts atau
Tsuluts Besar. Tumar atau Tamur jamaknya Tawamir bermakna sahifah (lembaran
atau manuskrip). Khat Tumar artinya khat yang ditulis di lembaran atau
menuskrip.
b. Khot Muhaqqaq
Penciptanya adalah Ibnu Bawab (413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer
masyhur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena
perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang
cermat. Pada perkembangannya, khat ini semakin redup dan jarang sekali
digunakan, sehingga posisinya digeser oleh Khat Tsuluts.
c. Khot Raihani
Pencipta khat ini adalah Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat dengan
Ali ibn al-Ubaydah al-Rayhan (834 M), sehingga namanya diambil untuk nama khat
ini. Pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan yang berarti harum
semerbak karena keindahan dan popularitasnya.
d. Khot Tawqi'
Tawqi' artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri
senantiasa menggunakan Tawqi' untuk menandatangani perbagai naskah mereka.
Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari (825 M). Lalu berkembang di tangan Ahmad ibn
Muhammad yang dikenal dengan Ibnu Khazin (1124 M) sebagai murid generasi kedua
Ibnu Bawab. Yang membedakan Tsuluts dengan Tawqi' adalah ukuran Tawqi' yang
selalu ditulis sangat kecil. Bentuk yang menyerupai Tawqi' adalah Tugra' atau
Turrah yang pada awalnya berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani
dengan ukuran yang bervariasi.
e. Khot Riqa' atau Ruqa'
Riqa' jamaknya Ruq'ah artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan
untuk menulis khat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir yang
diolahnya dari Khafif Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan
khat Tawqi', namun yang lebih benar adalah bahwa Riqa' pun diolah pula dari
Tawqi'. Ukuran Riqa' lebih kecil dari Tawqi' dan digunakan khusus untuk
menyalin teks-teks kecil dan penyajian kisah.
f. Khot Tsulusain
Diciptakan oleh saudara Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari (200
H) di zaman Bani Abbas. Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah
ada semenjak dahulu yaitu khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga, karena
ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong seukuran dua pertiga lebar
goresan kalam, sedikit lebih kecil dari khat Tumar yang ditulis sangat besar.
g. Khot Musalsal
Diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman Bani
Abbas. Sebagian huruf-huruf khat ini saling berhubungan, oleh karena itu
beberapa sejarawan modern menamakannya khat Mutarabit yang berarti saling ikat
atau berikatan.
h. Khot Tsuluts 'Adi
Pencipta khat ini adalah Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman
Bani Abbas. Dalam beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, "anna
al-sulusiyya min al-khuttut huwa al-galiz al-huruf" (sepertiga dari
khat adalah huruf yang sulit).
i. Khot Tsuluts Jali
Jali artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam hal ini
terletak pada lebar anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya,
dibandingkan dengan jarak yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya
dalam Tsuluts 'Adi. Dengan demikian, dalam Tsuluts Jali akan tampak dengan
jelas komposisi huruf yang bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat
ini banyak digunakan untuk menulis judul-judul dan media seni yang permanen.
j. Khot Tsuluts Mahbuk
Mahbuk artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut
keindahan pembagian (husn al-tawzi') dan aturan komposisi (ikham
al-tartib). Keindahan pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok
huruf yang bertumpujk di satu tempat sementara tempat lain terlalu kosong
sehingga mendorong khatta memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan
untuk mensari keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan
memposisikan kata, huruf dan titik di tempat-tempat yang strategis.
k. Khot Tsuluts Muta'assir bil Rasm
Beberapa khattat atau kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab kepada
bentuk visual yang bisa berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk
menyeimbangkan antara ketaatan terhadap ajaran agama dengan kesenangan
menggambar, karena dalam Islam visualisasi mahluk hidup secara jelas berlawanan
dengan semangat dakwah agama tersebut untuk selalu menjaga ketauhidan dan
menjauhi kesyirikan. Potensi huruf Arab yang sangat lentur dan mudah dibentuk mendorong
para khattat menciptakan gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat
suci dan tauhid, sehingga kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang
terbebas dari visualisasi mahluk hidup secara terang-terangan. Khat yang
dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima dan populer di kalangan seniman
muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat ini, yang secara bebas mengambil
pola figural atau simbolik gambar manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda
lainnya.
l. Khot Tsuluts Handasi
Gaya ini merupakan Tsuluts yang menyusun huruf dan kata secara geometris
(handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar
kekompakan, keserasian dan penyatuan sebuah karya.
m. Khot Tsuluts Mutanazhir
Mutanazhir artinya saling memantul. Dinamakan pula khat Tsuluts Mir'at
(cermin), dimana yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya,
sehingga seolah diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga
dengan gaya Ma'kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi) d an 'Aynali
(saling tatap). Gaya ini tidak lepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang
saling berbalas kebaikan dalam kehidupan sehari-hari seperti salam dan
menjawabnya.
3. Khot Naskhi
Khat Naskhi adalah tulisan yang sampai ke wilayah Arab Hijaz dalam bentuknya
yang paling akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno sebelum masa
kenabian. Selanjutnya gaya tulisan yang semakin sempurna tersebut digunakan
untuk urusan administrasi perkantoran dan surat-menyurat di zaman kekuasaan
Islam. pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyah, pola-pola Naskhi bertambah indah
berkat kodifikasi yang dilakukan Ibnu Muqlah (272-328 H). para ahli sejarah
beranggapan, bahwa Ibnu Muqlah adalah peletak dasar Khat Naskhi dalam bentuknya
yang sempurna di zaman Bani Abbas. Di zaman kekuasaan Atabek Ali (545 H), usaha
memperindah Khat Naskhi mencapai puncaknya sehingga terkenalah gaya yang
disebut Naskhi Atabeki yang banyak digunakan untuk menyalin mushaf al-Qur'an di
abad pertengahan Islam dan menggeser posisi khat Kufi kuno yang banyak digunakan
sebelumnya. Khat ini disebut Naskhi karena para Khattat menulis mushaf
al-Qur'an dan berbagai buku dengan menggunakan gayanya.
Naskhi adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya
memiliki sedikit sudut yang tajam seperti sudut-sudut Kufi. Sekarang
huruf-huruf Naskhi menyebar di aneka penerbitan untuk mencetak buku,, koran dan
majalah, bahkan meluas menjadi huruf-huruf komputer. Dibandingkan dengan gaya
lain, Naskhi lebih mudah digunakan untuk mengajari membaca para pemula. Ada kesepakatan,
bahwa Naskhi membantu penulis menggoreskan penanya dengan cepat, dibandingkan
kaligrafi bergaya rumit semisal Tsuluts, karena huruf-hurufnya yang kecil dan
pertemuan secara jelas goresan-goresan memanjangnya, didukung oleh harmoni
huruf-huruf dan keindahan posturnya. Naskhi ada dua model, yaitu:
a. Khot Naskhi Qadim
Naskhi Qadim atau kuno adalah gaya tulisan yang sampai kepada kita dari
zaman Abbas kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh
masyarakat Atabek, lalu diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh
orang-orang Turki. Para khattat sekarang secara tradisional menulis dengan gaya
ini semata-mata karena mengikuti kaedah dan asal muasalnya yang lama, yang
telah diletakkan dasar-dasarnya oleh para empu kita dahulu, mencakup ukuran,
ketinggian, tipis tebal garis horizontal dan vertikal, sampai bentuk-bentuk
lengkungannya.
b. Khot Naskhi Suhufi
Naskhi Suhufi atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus
berkembang bentuk hurufnya. Dinamakan Suhufi karena penyebarannya yang luas di
lapangan jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi Qadim yang lebih lentur dengan
banyak putaran, Naskhi Suhufi cenderung kaku dan pada beberapa bagian mendekati
bentuk kufi karena memiliki sudut-sudut yang tajam. Makanya gaya ini kerap disebut
Naskhi-Kufi atau perpaduan Naskhi dan Kufi dengan ciri-ciri umum sapuan
horizontalnya sangat tebal dan sapuan vertikalnya sangat tipis dan pendek.
Naskhi-Kufi yang banyak digunakan di lapangan advertensi, papan nama, poster
dan judul-judul tulisan koran dan majalah telah masuk dalam dunia komputer,
sehingga jarang atau bahkan tidak pernah digoreskan langsung oleh tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar